mentarinews.co.id -- Dulu pada zaman jaya-jayanya remaja masjid, banyak anak muda bangga kalau dia menjadi jamaah masjid Sunda Kelapa-Jakarta. Kalau orangtua, mereka bangga menjadi jamaah masjid Al-Azhar Kebayoran Baru, ketika Buya Hamka masih hidup.
Warga Yogya kalau menjadi jamaah Masjid Syuhada juga bangga. Di Bandung, anak muda bangga menjadi jamaah masjid Salman. Di Banda Aceh, mereka bangga menjadi jamaah masjid Baiturrahman.
Sekarang kalau di Yogyakarta, banyak orang yang bangga menjadi jamaah Masjid Jogokaryan, bangga menjadi jamaah Masjid Gedhe Kauman Jogja. Mungkin di Surabaya, Semarang, Makassar banyak jamaah yang bangga menjadi jamaah masjid di kotanya. Mungkin pula ada banyak mushola dan surau atau langgar yang kehadirannya mampu membuat bangga jamaahnya.
Mengapa mereka bangga dengan masjidnya? Karena masjid tersebut memang memiliki reputasi dan prestasi dalam berdakwah. Masing-masing dengan kekhasan-nya sendiri-sendiri. Ada yang dikenal mampu memberi pelayanan pengembangan bakat dan minat anak muda, ada yang dikenal mampu memberikan pelayanan ruhani dengan pengajiannya yang inspiratif, ada yang dikenal mampu memilihkan kegiatan yang menyegarkan jamaahnya, ada yang dikenal sebagai masjid yang pro anak muda dan pro kemajuan, termasuk kemajuan dan upaya memajukan ekonomi jamaahnya.
Juga banyak masjid yang membuat jamaahnya bangga karena sejarahnya. Masjid itu merupakan bagian penting dari hadirnya kerajaan Islam Nusantara dulu, misalnya. Sekarang masjid ini masih terpelihara. Masyarakat atau jamaah yang banggadengan kejayaan kerajaan Islam Nusantara dulu karena prestasi dan reputasi budaya dan dakwahnya, juga karena keunggulan militer dan strateginya melawan penjajah beragama bukan Islam dan Eropa misalnya, akan sekaligus membuat bangga menjadi jamaah masjid kuno ini.
Ada juga masjid lama berusia ratusan tahun yang kehadirannya merupakan jejak penting dari pendakwah dan ulama besar di zaman dulu. Masjid ini kadang dilengkapi dengan lembaga pendidikan bernama pondok pesantren kadang tidak. Yang jelas hadirnya ulama besar yang merintis berdirinya masjid ini mampu menorehkan jejak riwayat dan jejak tertulis berupa kitab atau tradisi tertentu yang masih memiliki niali positif kalau dilaksanakan sekarang. Kalau demikianlah halnya, maka jamaah masjid ini biasanya memiliki kebanggaan terhadap masjidnya.
Masjid bersejarah lainnya didirikan oleh para pejuang dakwah dan pejuang jihad melawan penjajah yang bergerilya di pedalaman. Setiap singgah di sebuah tempat, dia mendirikan surau atau masjid, kemudian oleh penduduk setempat masjid ini terus dipelihara. Ada juga masjid atau surau yang didirikan oleh pendiri sebuah desa atau kota kecil di pedalaman atau di sepanjang pantai. Karena yang menjadi perintis berdirinya desa atau kota itu adalah juga pendiri masjid awal di situ maka sejarah desa atau sejarah kota itu menyatu dengan sejarah masjidnya.
Kemudian sering kita temukan, banyak masjid yang memiliki sejarah unik. Ada masjid yang didirikan oleh sekelompok pengusaha perak misalnya, kemudian disebut sebagai Masjid Perak. Ada masjid yang didirikan oleh sekelompok pedagang di dekat pasar, atau masjid yang didirikan sekelompok pecinta alam di pos tempat akan memulai pendakian sejarahnya menjadi unik. Ada juga pecinta alam yang bermaksud mengembangkan kawasan daerah sekitar sungai besar kemudian mendirikan masjid di pinggir sungai itu. Sejarah masjid lokal baik masjid besar atau masjid menengah atau masjid kecil, bahkan sebuah surau perjuangan dakwah dapat menjadi sumber kebanggaan jamaah.
Mengapa kebanggaan terhadap masjidnya menjadi penting? Kebanggaan semacam ini dapat membentuk karakter jamaah itu. Mereka bangga dengan asal usulnya kemudian mengubah energi kebanggaan itu menjadi energi produktif dan kreatif di masa sekarang dan di masa depan.
Sekarang, marilah kita teliti masjid, mushola atau surau di sekitar kita. Apakah mampu membuat jamaah kita bangga terhadapnya. Kalau mampu membuat bangga jamaah, sebabnya apa? Kalau belum mampu membuat jamaah bangga karena takmirnya belum memiliki prestasi dan reputasi dakwah, marilah mulai hari ini diubah menjadi takmir yang memiliki prestasi dan reputasi dakwah. (ia)
Warga Yogya kalau menjadi jamaah Masjid Syuhada juga bangga. Di Bandung, anak muda bangga menjadi jamaah masjid Salman. Di Banda Aceh, mereka bangga menjadi jamaah masjid Baiturrahman.
Sekarang kalau di Yogyakarta, banyak orang yang bangga menjadi jamaah Masjid Jogokaryan, bangga menjadi jamaah Masjid Gedhe Kauman Jogja. Mungkin di Surabaya, Semarang, Makassar banyak jamaah yang bangga menjadi jamaah masjid di kotanya. Mungkin pula ada banyak mushola dan surau atau langgar yang kehadirannya mampu membuat bangga jamaahnya.
Mengapa mereka bangga dengan masjidnya? Karena masjid tersebut memang memiliki reputasi dan prestasi dalam berdakwah. Masing-masing dengan kekhasan-nya sendiri-sendiri. Ada yang dikenal mampu memberi pelayanan pengembangan bakat dan minat anak muda, ada yang dikenal mampu memberikan pelayanan ruhani dengan pengajiannya yang inspiratif, ada yang dikenal mampu memilihkan kegiatan yang menyegarkan jamaahnya, ada yang dikenal sebagai masjid yang pro anak muda dan pro kemajuan, termasuk kemajuan dan upaya memajukan ekonomi jamaahnya.
Juga banyak masjid yang membuat jamaahnya bangga karena sejarahnya. Masjid itu merupakan bagian penting dari hadirnya kerajaan Islam Nusantara dulu, misalnya. Sekarang masjid ini masih terpelihara. Masyarakat atau jamaah yang banggadengan kejayaan kerajaan Islam Nusantara dulu karena prestasi dan reputasi budaya dan dakwahnya, juga karena keunggulan militer dan strateginya melawan penjajah beragama bukan Islam dan Eropa misalnya, akan sekaligus membuat bangga menjadi jamaah masjid kuno ini.
Ada juga masjid lama berusia ratusan tahun yang kehadirannya merupakan jejak penting dari pendakwah dan ulama besar di zaman dulu. Masjid ini kadang dilengkapi dengan lembaga pendidikan bernama pondok pesantren kadang tidak. Yang jelas hadirnya ulama besar yang merintis berdirinya masjid ini mampu menorehkan jejak riwayat dan jejak tertulis berupa kitab atau tradisi tertentu yang masih memiliki niali positif kalau dilaksanakan sekarang. Kalau demikianlah halnya, maka jamaah masjid ini biasanya memiliki kebanggaan terhadap masjidnya.
Masjid bersejarah lainnya didirikan oleh para pejuang dakwah dan pejuang jihad melawan penjajah yang bergerilya di pedalaman. Setiap singgah di sebuah tempat, dia mendirikan surau atau masjid, kemudian oleh penduduk setempat masjid ini terus dipelihara. Ada juga masjid atau surau yang didirikan oleh pendiri sebuah desa atau kota kecil di pedalaman atau di sepanjang pantai. Karena yang menjadi perintis berdirinya desa atau kota itu adalah juga pendiri masjid awal di situ maka sejarah desa atau sejarah kota itu menyatu dengan sejarah masjidnya.
Kemudian sering kita temukan, banyak masjid yang memiliki sejarah unik. Ada masjid yang didirikan oleh sekelompok pengusaha perak misalnya, kemudian disebut sebagai Masjid Perak. Ada masjid yang didirikan oleh sekelompok pedagang di dekat pasar, atau masjid yang didirikan sekelompok pecinta alam di pos tempat akan memulai pendakian sejarahnya menjadi unik. Ada juga pecinta alam yang bermaksud mengembangkan kawasan daerah sekitar sungai besar kemudian mendirikan masjid di pinggir sungai itu. Sejarah masjid lokal baik masjid besar atau masjid menengah atau masjid kecil, bahkan sebuah surau perjuangan dakwah dapat menjadi sumber kebanggaan jamaah.
Mengapa kebanggaan terhadap masjidnya menjadi penting? Kebanggaan semacam ini dapat membentuk karakter jamaah itu. Mereka bangga dengan asal usulnya kemudian mengubah energi kebanggaan itu menjadi energi produktif dan kreatif di masa sekarang dan di masa depan.
Sekarang, marilah kita teliti masjid, mushola atau surau di sekitar kita. Apakah mampu membuat jamaah kita bangga terhadapnya. Kalau mampu membuat bangga jamaah, sebabnya apa? Kalau belum mampu membuat jamaah bangga karena takmirnya belum memiliki prestasi dan reputasi dakwah, marilah mulai hari ini diubah menjadi takmir yang memiliki prestasi dan reputasi dakwah. (ia)

Post a Comment
Mari tinggalkan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan karena Tulisanmu Harimaumu. Komentar Sobat adalah Pendapat Pribadi, tidak mewakili Pendapat Redaksi Website Mentari News (WMN). Komentar yang mewakili redaksi Website Mentari News hanya melalui akun Mentari News. Selamat Berkomentar Sobat.. Salam Indonesia Berkemajuan.
Note: only a member of this blog may post a comment.