WMN 2015 -- Pukul 08.44 saya sama suami lewat Jalan Raya Cinunuk seberang gerbang masuk Komplek Permata Biru ke arah Griya Cinunuk untuk cari buah. Suami saya melajukan motornya di jalur tengah. Saya memeluk erat pinggangnya dan bersandar di punggungnya karena agak ngantuk.
Dari arah belakang kami terdengar RAUNGAN SIRENE seperti suara ambulance. Saya tanya kepada suami, sirene apa itu. Dijawab oleh suami saya, "sirene ambulance," Jadi suami saya dan kendaraan lain yang ada di jalur tengah (cepat) menepi ke jalur pinggir kiri.
Tiba - tiba, di samping kami (di jalur tengah) muncul 2 jalur PENGENDARA MOGE yang berjalan susul menyusul, MEMAKAN SEMUA JALUR TENGAH itu. Saya perhatikan, semua pengendara MOGE berlebar motor rata - rata 1 meteran itu dan penumpangnya TIDAK PAKAI HELM SAMA SEKALI. Malah wanita - wanita berambut pirang dan berpenampilan seksi yang duduk diboncengan para MOGE pun seenak udel mengibaskan rambut2 pirang mereka !
Tidak cukup sampai di situ, seorang pengendara MOGE yang tiba-tiba ada di sebelah kami, MEMBUNYIKAN SIRENE yang amat kuat memekakkan telinga. Padahal, raungan SIRENE adalah komunikasi non verbal sebagai isyarat KEDARURATAN terutama yang berhubungan dengan kecepatan mendapatkan dan mencapai tempat pertolongan !
Lalu di mana letak kedaruratannya kepentingan para pengendara MOGE itu, sehingga TIAP MOGE yang lewat tadi meraungkan SIRENE nya masing2 sekeras mungkin? Saya menduga, mereka punya anggapan, jalan raya adalah punya nenek moyang mereka, sehingga mereka merasa bebas memakai jalan seenak udel, dengan merampas hak pengguna jalan lain!
![]() |
| Ilustrasi |
Dari arah belakang kami terdengar RAUNGAN SIRENE seperti suara ambulance. Saya tanya kepada suami, sirene apa itu. Dijawab oleh suami saya, "sirene ambulance," Jadi suami saya dan kendaraan lain yang ada di jalur tengah (cepat) menepi ke jalur pinggir kiri.
Tiba - tiba, di samping kami (di jalur tengah) muncul 2 jalur PENGENDARA MOGE yang berjalan susul menyusul, MEMAKAN SEMUA JALUR TENGAH itu. Saya perhatikan, semua pengendara MOGE berlebar motor rata - rata 1 meteran itu dan penumpangnya TIDAK PAKAI HELM SAMA SEKALI. Malah wanita - wanita berambut pirang dan berpenampilan seksi yang duduk diboncengan para MOGE pun seenak udel mengibaskan rambut2 pirang mereka !
Tidak cukup sampai di situ, seorang pengendara MOGE yang tiba-tiba ada di sebelah kami, MEMBUNYIKAN SIRENE yang amat kuat memekakkan telinga. Padahal, raungan SIRENE adalah komunikasi non verbal sebagai isyarat KEDARURATAN terutama yang berhubungan dengan kecepatan mendapatkan dan mencapai tempat pertolongan !
Lalu di mana letak kedaruratannya kepentingan para pengendara MOGE itu, sehingga TIAP MOGE yang lewat tadi meraungkan SIRENE nya masing2 sekeras mungkin? Saya menduga, mereka punya anggapan, jalan raya adalah punya nenek moyang mereka, sehingga mereka merasa bebas memakai jalan seenak udel, dengan merampas hak pengguna jalan lain!
Penulis:
Dara Lana Tan via FB

Post a Comment
Mari tinggalkan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan karena Tulisanmu Harimaumu. Komentar Sobat adalah Pendapat Pribadi, tidak mewakili Pendapat Redaksi Website Mentari News (WMN). Komentar yang mewakili redaksi Website Mentari News hanya melalui akun Mentari News. Selamat Berkomentar Sobat.. Salam Indonesia Berkemajuan.
Note: only a member of this blog may post a comment.