0
WMN 2015 -- Wonosari (09/09), Cuaca panas tak menyurutkan semangat kerja Rizqi (17) dan Ivan (16)untuk menata genting-genting bongkaran kantor Pemerintahan Kabupaten Gunungkidul, Selasa (8/9) siang.


Dengan cekatan, genting-genting yang diturunkan dari atas gedung langsung ditata di pinggir. Sementara tepat di dekatnya, di jalur jogging Alun-Alun Wonosari puluhan siswa SMA tengah asik berolahraga. Canda tawa siswa-siswa tersebut sesekali menarik perhatian dari kedua bocah yang hanya lulus SMP tersebut. Kadang keduanya memperhatikan polah siswa-siswa yang tengah berolahraga tersebut.

Sejenak memperhatikan polah siswa SMA, kedua bocah yang ikut proyek penggantian atap gedung pemkab tersebut kembali bekerja. Rasa lelah tampak di wajah keduanya. Untuk menghilangkan rasa lelah, keduanya memilih menghisap sebatang rokok. Pekerjaan sebagai buruh proyek kantor pemkab ini dipilih oleh bocah tersebut setelah memutuskan tidak melanjutkan sekolahnya. 

Sejak lulus SMP pada 2013 dan 2014 lalu, keduanya memilih untuk bekerja menjadi buruh dari proyek ke proyek daripada melanjutkan sekolah ke jenjang SMA. “Sudah males sekolah. Mending bekerja dan dapat duit,” kata Rizqi saat ditemui di halaman Pemkab Gunungkidul.

Warga Desa Kemadang tersebut mengaku semangatnya untuk sekolah sudah luntur.Meski keputusannya berhenti sekolah ditentang oleh kedua orangtuanya, Rizqi mengaku sudah mantab untuk bekerja. Meski hanya menjadi buruh di proyek, anak pertama tersebut mengaku cukup puas.

Dengan menjadi buruh, dalam sehari dirinya bisa memperoleh uang sebesar Rp 55 ribu yang bisa digunakan untuk makan dan memenuhi kebutuhannya. “Sebenarnya ayah dan ibu meminta untuk meneruskan, tapi saya sudah males mikir. Lebih baik bekerja dan mendapatkan uang,” ucapnya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ivan. Remaja yang hanya lulus SMP ini mengaku memilih berhenti sekolah bukan karena himpitan ekonomi. Dirinya memilih hanya bersekolah hingga tingkat SMP karena sudah malas untuk belajar lagi. Dengan bekerja, dirinya tidak perlu lagi belajar pelajaran sekolah. Waktu yang dimiliki pun lebih longgar dan bisa mendapatkan uang untuk kebutuhan sehari-hari. “Sudah malas, mending bekerja,” ucapnya polos.

Sementara itu, dihubungi terpisah Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga( Disdikpora) Gunungkidul, Bahron Rosyid mengakui anak putus sekolah masih cukup tinggi. Untuk tahun 2014, setidaknya ada 291 terdiri dari siswa SD, SMP dan SMA sederajat yang putus sekolah. “Kalau 2014 ada 291 anak yang putus sekolah, SD ada 28, SMP ada 49 dan sma sederajat ada 214,” katanya. (wmn/tri)

Post a Comment

Mari tinggalkan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan karena Tulisanmu Harimaumu. Komentar Sobat adalah Pendapat Pribadi, tidak mewakili Pendapat Redaksi Website Mentari News (WMN). Komentar yang mewakili redaksi Website Mentari News hanya melalui akun Mentari News. Selamat Berkomentar Sobat.. Salam Indonesia Berkemajuan.

Note: only a member of this blog may post a comment.

 
Top