0
Web mentarinews.com -- Wonosari (05/02), Memasuki pertengahan musim penghujan, kasus demam berdarah dengue (DBD) menyebar cepat di Kabupaten Gunungkidul. Bahkan, jumlah pasien yang terjangkit mengalami lonjakan.


Hanya dalam waktu empat hari sejak akhir Januari lalu, jumlah penderita yang disebabkan nyamuk Aedes aegypti bertambah 22 orang. Data dari Dinas Kesehatan Gunungkidul, jumlah penderita DBD selama 2016 hingga 28 januari lalu hanya tercatat ada 49 orang.

Namun selang empat hari kemudian, kasus DBD menjadi 71 kasus. Jumlah kasus DBD selama bulan Januari tersebut naik tajam dibandingkan pada bulan Desember 2015 lalu yang hanya mencapai 24 kasus. Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Agus Prihastoro, Rabu (3/2) mengatakan kenaikan penderita DBD selama Januari cukup tajam.

Meski belum menimbulkan korban jiwa, lonjakan kasus DBD yang cukup besar ini harus mendapatkan serius dari semua pihak supaya tidak terus bertambah, bahkan jangan sampai menimbulkan korban jiwa. “Sampai Selasa (2/2) sore, jumlahnya sudah ada 71 kasus. Tidak ada yang meninggal,” ucapnya. Menurut Agus, di Gunungkidul ada tujuh kecamatan yang menjadi daerah endemis DBD. Salah satu di antaranya kecamatan Wonosari yang kasusnya paling tinggi. “Kecamatan Wonosari paling tinggi, tapi saya tidak hafal berapa kasusnya,”ucapnya.

Untuk pencegahan, Agus meminta masyarakat melaksanakan pola hidup sehat serta melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk. Salah satu caranya dengan melaksanakan tiga M, mulai dari menguras penampungan air, menutup penampungan air serta mengubur barang-barang yang bisa menampung air. Sementara dari dinas, untuk pencegahan DBD akan mengintensifkan sosialisasi kepada masyarakat. Selain itu, sebelumnya juga sudah melaksanakan kegiatan fogging dan pemberian abate kepada masyarakat. “Bagi warga yang membutuhkan abate, bisa meminta ke dinas atau puskesmas. Semuanya gratis,” katanya.

Ada enam kecamatan di Gunung Kidul yang menjadi endemis DBD yakni Kecamatan Playen , Karangmojo, Wonosari, Saptosari, Tepus dan Nglipar. Sedangkan, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan DIY, Januari 2016, di DIY telah terjadi 243 kasus DBD. Dengan rincian, Kota Yogyakarta terjadi 44 kasus, Bantul 103 kasus, Kulonprogo 10 kasus, Gunungkidul 57 kasus, dan Sleman 29 kasus. Sementara itu, sejak Januari hingga September 2015, tercatat 890 Kasus Kasus endemik penyakit demam berdarah (DBD) masih jamak terjadi di Kota Yogyakarta. Banyaknya kasus DBD ini diperparah dengan cuaca yang tak menentu pada masa peralihan musim hujan dan kemarau yang sudah dan akan terjadi pada beberapa waktu kedepan.

Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu menuturkan, penyakit DBD ini memang menjadi salah satu kasus penyakit yang sepuluh penyakit paling banyak diderita oleh masyarakat Yogyakarta. "Demam berdarah memang banyak terjadi di wilayah Yogyakarta, selain ISPA, yang banyak terjadi di musim kemarau, dan juga Diare, ataupun penyakit Hipertensi," ujarnya.

Dari jumlah tesebut, korban meninggal dunia akibat DBD pun telah mencapai 10 orang. Sedangkan, Dari data Dinkes Kota Yogyakarta, penyakit ISPA menduduki posisi tertinggi penyakit yang jamak terjadi pada musim kemarau disusul kasus lain seperti Diare, Hipertensi dan penyakit viral lain. "Kasus yang lain tetap ada seperti diare dan hipertensi. Penyakit DBD pada bulan-bulan ini terjadi penambahan, namun hanya sedikit. Hanya satu dua orang setiap minggunya," ucapnya. (wmn/pr)

Post a Comment

Mari tinggalkan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan karena Tulisanmu Harimaumu. Komentar Sobat adalah Pendapat Pribadi, tidak mewakili Pendapat Redaksi Website Mentari News (WMN). Komentar yang mewakili redaksi Website Mentari News hanya melalui akun Mentari News. Selamat Berkomentar Sobat.. Salam Indonesia Berkemajuan.

Note: only a member of this blog may post a comment.

 
Top