Web MentariNews.com -- Ibnu Katsir lebih tahu apa itu Muhammadiyah dari pada orang Muhammadiyah itu sendiri, meskipun KH. Ahmad Dahlan belum lahir, karena Muhammadiyah sudah dikenal dan mashur jauh sebelum pendiri Muhammadiyah itu lahir. Sebagai Mufasir atau ahli tafsir Quran tentunya Ibnu Katsir bukanlah KH. Ahmad Dahlan, karena Jutaan Muslim sedunia mengenal siapa sosok Ibnu Katsir, kalau bisa di sandarkan pada Ibnu Katsir, KH Ahmad Dahlan atau Syaikh Muhammad Darwis adalah sosok yang banyak bercermin dan belajar pada beliau sebagai Mufasir, Muhaddits dan ahli Fiqih, dan kemungkinan besar nama Persyarikatannya Muhammadiyah bukan karena banyak terpengaruh Tafsir al Manar. Tetapi karena menghayati tafsir Ibnu Katsir.
Sebab tafsir al Manar yang kebetulan dibawa ke stasiun Kereta Api oleh Dahlan Muda waktu dan bertemu syaikh Surkati pendiri al Irsyad, mungkin salah satu yang kebetulan dibawa oleh beliau, sehingga yang sempat dibaca Kh. Ahmad Dahlan atau sedang dibawa beliau adalah kitab tafsir al Manar. Dan tidak mungkinlah letaratur KH. Ahmad Dahlan hanya sebatas sebagaimana disebut oleh Sejarah berdirinya Muhammadiyah, yang hanya mencantumkan beberapa kitab, kayaknya sejarah itu perlu dikoreksi total. Orang nyantri di Indonesia saja kitabnya bisa ratusan kitab, masak ya seorang besar seperti KH. Ahmad Dahlan sebagaimana dituturkan sejarah berdirinya Muhammadiyah, amat naif sekali dan tidak masuk akal. Seorang besar seperti KH. Ahmad Dahlan sudah pasti punya puluhan atau ratusan kitab, itu yang lebih meyakinkan kita.
Kata Islam oleh Ibnu Katsir disebut dengan " الشريعة المحمدية المطهرة " Syariat Muhammadiyah yang suci. Menunjukkan kata "Muhammadiyah" sudah ratusan tahun yang lalu di kenal para Ulama. Bagi Ibnu Katsir Islam itu Muhammadiyah dan Muhammadiyah itu Islam yang menyimpulkan seluruh umat Muhammad tanpa kecuali, baik yang ada di dalam Persyarikatan Muhammadiyah atau diluar Persyarikatan Muhammadiyah adalah Muhammadiyah, yang bukan Muhammadiyah pasti bukanlah Islam. Hal itu bila dimaknai Muhammadiyah adalah pengikut Rasulullah, maka tanpa kecuali semua umat Islam adalah Muhammadiyah. "disinilah letaknya kehebatan KH. Ahmad Dahlan, menamakan Persyarikatan Muhammadiyah.
Dalam tafsir Ibnu katsir ketika menafsirkan ayat:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah [Muhammad] , Jika engkau mencintai Allah, ikutilah aku, pasti Allah mencintaimu. Allah akan mengampunimu, dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang [Al-Imron 31]
Tafsirnya sebagai berikut
هذه الآية الكريمة حاكمة على كل من ادعى محبة الله، وليس هو على الطريقة المحمدية فإنه كاذب في دعواه في نفس الأمر، حتى يتبع الشرع المحمدي والدين النبوي في جميع أقواله وأحواله
Ayat yang mulya ini menjadi hukum [ketentuan] bagi semua yang mengklaim cinta Allah sedang mereka tidak menempuh jalan MUHAMMADIYAH, maka Islamnya orang itu dusta di dalam pengakuannya, sehingga benar benar ikut syariat seorang Nabi Muhammad dalam semua perkataan dan sifat sifatnya [eksistensinya]
Berdasarkan ayat itu, apakah kita Muhammadiyah sudah benar perilakunya sesuai dengan Nabi Muhammad, atau hanya sekedar rebutan kepemimpinan karena Muhammadiyah adalah ladang basah, sehingga berbagai cara dipakai hanya karena semata ingin kaya lewat Muhammadiyah, sedangkan begitu ada kegiatan Pengajian, kajian keagamaan, enggan memakmurkan Muhammadiyah, tentunya hal itu yang perlu koreksi diri. Kalau urusan duit paling depan membela Muhammadiyah, misalnya sekolah, karena ada gajinya, tetapi begitu ada kajian keagamaan sama sekali tidak bergairah bahkan kita yang ngotot mau jadi pimpinan Muhammadiyah begitu dilantik hanya sebatas mau mimpin tidak punya ide meniru kebangkitan Muhammadiyah sebagaimana awal berdirinya. Tidak pernah baca bagaimana Kh. ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, susah payahnya, bahkan ancaman karena menyampaikan dakwah.
Kalau urusan fulus, atau apa saja yang bisa mendatangkan uang kita berlomba hendak memimpin Muhammadiyah, bahkan berkampanye, saling tuding saling fitnah karena semata ingin jadi ketua atu 13 personalia lainnya. Kayak Pilkades saja, kampanyenya, terkadang sangat memalukan dan tidak Islami, bukan lagi layak disebut Muhammadiyah, tetapi terbius keinginan merebut kursi kepemimpinan di Muhammadiyah hanya dengan pertimbangan targetnya yaitu "Lahan basah Muhammadiyah". bukan lagi cara cara Islam yang dipakai melobi, terkadang uangpun keluar buat nyogok asal bisa memimpin Muhammadiyah.
Ini bisa dibandingkan, ketika urusan pengajian Muhammadiyah sangat menyedihkan, terkadang kitabyang merasa menjadi Pimpinan Muhammadiyah anti pengajian Muhammadiyah. Misalkan ketika Ustad Prof. Dr Yunahar Ilyas hadir memberikan pengajian di PP. Muhammadiyah, atau Suhairy Ilyas memberikan Kajian Tafsir di Muhammadiyah tiap Ahad, warga Muhammadiyah yang datang sepulu hingga 20 orang saja. Bayangkan saja ini pengajian PP. Muhammadiyah Ulamanya Muhammadiyah, tetapi mana warga Muhammadiyah yang bertumpuk tumpuk di Jakarta di bekasi, Tanggerang, yang paling dekat dengan DKI, yang paling banter kalau urusan duit, mana diantara kita yang hadir, pertanyaan besar yang mudah dijawab, pertama karena kita merasa pandai, meskipun hanya sebatas klaim belaka, kedua karena memang malas karena bukan urusan uang, ketiga karena memang tidak paham Muhammadiyah, tetapi cuma paham lahan basa Muhammadiyah..
Terlalu banyak problem keagamaan, bahkan ada pimpinan Muhammadiyah yang muak dengan anti TBC, mereka bahkan minta agar tidak biacara masalah TBC, akibatnya banyak warga Muhammadiyah eksudos ke Sala**, beranggapan Muhammadiyah sudah tidak Islami lagi. Mengapa hal ini tidak menyadarkan kita untuk membangun Muhammadiyah lebih baik, tetapi ada saja sosok sosok tertentu yang bikin skat skat dakwah untuk menghancurkan Muhammadiyah. Bangkitlah wahai warga Muhammadiyah, jangan tidur dan terlena dalam kemandulan berpikir sebatas mau jadi pemimpin tetapi tidaK punya kita membangkitkan agama. Hidupkan dakwa Muhammadiyah yang sesungguhnya, jangan membuat orang tidak cinta agama. terlalu banyak kasus.
Ada contoh, ada seorang yang ingin terpilih menjadi salah satu pimpinan di sebuah PDM di Jakarta, kebetulan penulis datang ke salah satu PCM di Jakarta, si calon ini meminta dukungan kepadanya, agar di pilih , sedang penulis sangat tau dia siapa, jangankan mau memimpin PDM, di PCM saja tidak bisa, bahkan lepas tangan kalau ada kegiatan, diminta hadirpun kalau urusan pengajian banyak alasan, bahkan sebagai pemimpinpun tak pernah hadir dalam pengajian, lalu bagaimana mungkin bisa bisa memimpin PDM yang lebih besar dari PCM ? kan lucu Oleh karena itu modal masuk Muhammadiyah itu harus sosok manusia yang paham agama, bukan sekedar memilih dan meletakkan Pemimpin yang bukan porsinya, tidak akan pernah memajukan dakwah, tetapi akan membunuh dakwah itu sendiri.
Mau dibawa kemana Muhammadiyah, perhatikan keagamaan mereka, tanggung jawabnya besar dihadapan Allah, apalagi mengklaim sebagai "pengikut Muhammad" tetapi tidak pernah suka dengan pengajian misalnya. bukan Predikatnya yang dilihat, memilih pimpinan Muhammadiyah harus memilih bagaimana agamanya, sebagaimana masalah jodoh, bukan cantiknya yang dipilih tetapi utamakan agamanya dulu, bari yang lainnya, ketika agamanya lumpuh jangan berharap bisa menghidupkan dakwah, bisa saja mematikan dakwa itu sendiri.. Innalillah waniinaa Ilahi Roojiun ..... Semoga bisa menjadi perenungan. Aamiin.
Mau dibawa kemana Muhammadiyah, perhatikan keagamaan mereka, tanggung jawabnya besar dihadapan Allah, apalagi mengklaim sebagai "pengikut Muhammad" tetapi tidak pernah suka dengan pengajian misalnya. bukan Predikatnya yang dilihat, memilih pimpinan Muhammadiyah harus memilih bagaimana agamanya, sebagaimana masalah jodoh, bukan cantiknya yang dipilih tetapi utamakan agamanya dulu, bari yang lainnya, ketika agamanya lumpuh jangan berharap bisa menghidupkan dakwah, bisa saja mematikan dakwa itu sendiri.. Innalillah waniinaa Ilahi Roojiun ..... Semoga bisa menjadi perenungan. Aamiin.
Ditulis oleh:
Zulkarnaen el Madury
(Tulisan merupakan Pengalaman langsung dari Penulis)

Post a Comment
Mari tinggalkan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan karena Tulisanmu Harimaumu. Komentar Sobat adalah Pendapat Pribadi, tidak mewakili Pendapat Redaksi Website Mentari News (WMN). Komentar yang mewakili redaksi Website Mentari News hanya melalui akun Mentari News. Selamat Berkomentar Sobat.. Salam Indonesia Berkemajuan.
Note: only a member of this blog may post a comment.