Museum bertema sejarah sampai budaya ada di Jakarta. Perlu diingat, bahwa berwisata ke museum bukan berarti hanya akan melihat deretan benda-benda lama, tua, dan kuno. Intinya, bermain di museum tak bakal “garing”! Sasmitaloka Ahmad Yani di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, misalnya. Museum ini dapat dijadikan pilihan, terutama Sobat yang menyukai sejarah sekaligus ingin bernostalgia menikmati rumah lawas. Museum ini adalah salah satu lokasi tragedi 30 September 1965. Beberapa bekas peristiwa itu bisa ditemukan. Menariknya, bentuk dan tata ruang museum yang berlokasi tak jauh dari Stasiun Manggarai maupun halte Transjakarta Laturharhary tersebut nyaris tak berubah dari kondisi pada 1965. Karena itu, penikmat arsitektur dan benda-benda era 1960-an bisa memuaskan diri di sini. Hampir semua benda di situ masih sesuai bentuk dan posisi aslinya. Ada ruang makan dengan perkakas berbahan kayu, lampu gantung buatan 1962, TV layar cembung dan tombol bulat besar, hingga deretan boneka porselen.
Inspirasi
Lain lagi bagi Sobat yang menjadikan wisata sebagai cara untuk mencari inspirasi dan menyemangati diri. Anda bisa mengunjungi Museum Taman Prasasti di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sobat cukup naik kereta komuter ke Stasiun Tanah Abang atau angkutan lain ke arah Jalan KS Tubun untuk mendatangi tempat ini. Museum Prasasti semula adalah kuburan. Tapi, tak perlu takut. Tak ada suasana suram dan horor di sana. Sejak 1975, tak ada lagi jenazah dikebumikan di makam Kebon Jahe Kober ini. Sejak 1977 fungsi lahan di situ sudah berubah menjadi museum. Daya tarik Museum Prasasti adalah berbagai bentuk nisan dan pahatannya. Di museum ini berderet makam dan nisan milik Olivia Marianne Raffless—istri Thomas Raffles, pendiri Kebun Raya Bogor dan penguasa Inggris di Jawa pada sebelum masa kemerdekaan—hingga Soe Hok Gie, mahasiswa kritis angkatan 1960-an yang mati muda di puncak Mahameru, Gunung Semeru. Tapi, kalau pemakaman yang sering dijadikan lokasi pengambilan foto prewedding ini juga bukan pilihan menarik, kawasan Tanah Abang masih punya museum menarik lainnya. Museum Tekstil namanya.Memasuki museum ini Anda akan disambut lemari dengan jejeran kain batik, tenun, dan ulos, dalam aneka warna. Lalu, di dalamnya ada kebun kecil berisi tanaman yang daunnya adalah pewarna alami, seperti American tulip Tree dan Caesarweed. Nah, di Museum Tekstil ini Sobat dan keluarga bisa menjajal membuat batik tulis. Bahan dan peralatan yang diperlukan, mulai dari canting, malam semacam lilin cair hingga kain putih, sudah tersedia, yaitu di Pendopo Batik. Di sini pun Sobat bisa menemukan sederet alat tenun bukan mesin. Sobat bisa mencoba menenun dengan panduan instrukturnya.
Kenangan
Sudah mendapatkan apa yang dicari dari wisata museum, Sobat mungkin merasa perlu untuk mengabadikan diri? Beberapa museum di atas tak punya masalah soal pencahayaan. Memakai kamera DSLR, kamera saku, hingga ponsel berkamera, Anda akan mendapatkan foto berkualitas bagus tanpa perlu kesusahan. Bahkan, untuk Sobat penggemar selfie, ponsel berkamera depan dengan resolusi 8 mega piksel seperti Oppo F1, bakal memberikan foto diri berkualitas maksimal di sini. Namun, ada beberapa tips lagi untuk membuat foto-foto kenangan ini makin berkesan. Untuk memastikan foto di museum tak “mati”, komposisi warna dari lokasi, tata letak barang, maupun koleksi museum bisa Sobat “manfaatkan”. Bahkan, bayangan dari prasasti ketika matahari mulai condong di Kebon Jahe Kober adalah “modal” alami untuk foto berkesan misterius dan klasik, sekaligus ruang kreasi tersendiri bagi fotografi.Jika memungkinkan, foto museum juga sebaiknya memasukkan unsur kegiatan manusia di dalamnya agar lebih “bernyawa”. Misalnya, perempuan pembuat kain tenun di Museum Tekstil bisa menjadi latar selfie Sobat, Saat memotret prasasti maupun arsitektur museum, akan lebih menarik pula bila sosok sesama pengunjung dalam aktivitas masing-masing ikut “menghidupkan” objek utama gambar. Nah, siapa bilang wisata ke museum bakal “garing”? (wmn/kom)

Post a Comment
Mari tinggalkan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan karena Tulisanmu Harimaumu. Komentar Sobat adalah Pendapat Pribadi, tidak mewakili Pendapat Redaksi Website Mentari News (WMN). Komentar yang mewakili redaksi Website Mentari News hanya melalui akun Mentari News. Selamat Berkomentar Sobat.. Salam Indonesia Berkemajuan.
Note: only a member of this blog may post a comment.