0

Web MentariNews.com -- Surabaya (19/03),  Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengkritik kinerja Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri atas kasus yang terjadi kepada seorang terduga teroris, Siyono, warga Klaten, Jawa Tengah, yang meninggal dunia saat menjalani proses pemeriksaan.

Atas kejadian itu, Muhammadiyah menilai Densus perlu mengevaluasi kinerja dan mengkoreksi internal terkait tindakan yang sudah dilakukan selama ini dalam upaya menangani terorisme. "Saya kira Densus perlu evaluasi di internal, atas tindakannya selama ini apakah sudah sesuai apa tidak," ujar Ketua PP Muhammadiyah, Yunahar Ilyas, usai menjadi narasumber di Pengajian Bulanan bertema "Islam Ramah versus Islam Marah", di Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim, di Surabaya, Jumat (18/3).

Yunahar Ilyas berharap Densus 88 menghormati asas praduga tak bersalah dan tidak asal bertindak. Menurut dia, menangkap terduga teroris dalam keadaan hidup-hidup bukan sebuah hal yang sulit, terlebih hanya seorang diri. Terkait kasus Siyono itu, Ilyas menyarankan ada penelusuran mencari fakta dari tim independen yang terdiri dari beberapa unsur, antara lain Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) maupun internal Polri. "Lalu harus ada klarifikasi dan penjelasan dari tim independen. Tujuannya agar masyarakat percaya. Karena kalau pernyataannya dari pihak Polri sendiri khawatir membuat masyarakat kurang percaya," tutur dia.

Sementara itu, terkait munculnya tuntutan pembubaran Densus 88, guru besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu menilai bukan sebagai langkah tepat. "Dibubarkan bukan solusi, menurut saya sebaiknya Densus mengevaluasi. Itu intinya," kata wakil ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat ini. (wmn/metr)

Post a Comment

Mari tinggalkan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan karena Tulisanmu Harimaumu. Komentar Sobat adalah Pendapat Pribadi, tidak mewakili Pendapat Redaksi Website Mentari News (WMN). Komentar yang mewakili redaksi Website Mentari News hanya melalui akun Mentari News. Selamat Berkomentar Sobat.. Salam Indonesia Berkemajuan.

Note: only a member of this blog may post a comment.

 
Top