mentarinews.co.id -- Mengantuk
dan menguap adalah penyakit harian yang pasti kita alami dimana saja
dan kapan saja. Bila abad 21 kita sebut sebagai abad rapat dan seminar
maka di tempat itulah akan kita jumpai orang mengantuk, menguap bahkan
tidur.
Karena abad 21 juga abad informatika maka foto orang ngantuk apalagi kalau yang ngantuk itu orang penting cepat sekali beredar kemana-mana.
Manusia setampan atau secantik apapun kalau sedang menguap tampak jelek sekali. Cobalah sekali-sekali kalau sedang mengikuti pertemuan minta ke salah satu teman untuk memotret kalau kebetulan kita menguap. Wah, kita akan terkagum-kagum sendiri melihat wajah kita. Tetapi sepertinya penyakit mengantuk termasuk penyakit yang tidak bisa dicegah.
MENGANTUK
MENGUAP

Karena abad 21 juga abad informatika maka foto orang ngantuk apalagi kalau yang ngantuk itu orang penting cepat sekali beredar kemana-mana.
Manusia setampan atau secantik apapun kalau sedang menguap tampak jelek sekali. Cobalah sekali-sekali kalau sedang mengikuti pertemuan minta ke salah satu teman untuk memotret kalau kebetulan kita menguap. Wah, kita akan terkagum-kagum sendiri melihat wajah kita. Tetapi sepertinya penyakit mengantuk termasuk penyakit yang tidak bisa dicegah.
MENGANTUK
Menurut “subasita” Jawa
mengantuk saat hadir dalam “pasamuwan” (pertemuan) dikatakan “saru”.
Kalau kita kehilangan kemampuan komunikasi dalam pertemuan karena
ngantuk sebaiknya pulang saja, tidur! Lebih celaka lagi kalau dalam
pertemuan kita tak pernah lepas dari kantuk, tetapi tatkala hidangan
keluar kantuk pun hilang. Kita makan, bahkan dalam porsi besar seolah
mata dan mulut berdiri sendiri-sendiri. Selesai makan, kantuk hilang
diganti tidur. Kenapa kita tidak kasihan kepada diri kita sendiri?
MENGUAP
Dalam bahasa Jawa menguap
disebut “Angob”. Menguap terkait erat dengan kantuk. Tidak ada kuap
tanpa kantuk demikian pula tidak ada kantuk tanpa kuap. Menguap juga
merupakan perilaku tidak sadar orang yang bosan.
Oleh sebab itu kalau kita sedang menerima tamu baik di rumah maupun di kantor jangan sekali-sekali menguap. Hal ini sama saja mengusir secara halus. Tentu saja yang bisa merasakan hanya tamu yang “tanggap ing sasmita” dari bahasa tubuh tuan rumah. Bila kita sebagai tuan rumah merasa akan “angob” carilah trik supaya tidak ketahuan tamu kita. Apakah berdiri, pura-pura mengambil sesuatu di tempat lain atau cara lain yang pas.
Tamu juga jangan sampai menguap di depan tuan rumah. Orang Jawa mengatakan “degsura” atau kurang ajar. Apakah jaman memang sudah berubah sehingga pada abad 21 ini banyak orang tidak malu “angob” dan “ngantuk” di muka umum? Termasuk melihat wajah jelek kita kalau sedang “angob?” Sumonggo.
Oleh sebab itu kalau kita sedang menerima tamu baik di rumah maupun di kantor jangan sekali-sekali menguap. Hal ini sama saja mengusir secara halus. Tentu saja yang bisa merasakan hanya tamu yang “tanggap ing sasmita” dari bahasa tubuh tuan rumah. Bila kita sebagai tuan rumah merasa akan “angob” carilah trik supaya tidak ketahuan tamu kita. Apakah berdiri, pura-pura mengambil sesuatu di tempat lain atau cara lain yang pas.
Tamu juga jangan sampai menguap di depan tuan rumah. Orang Jawa mengatakan “degsura” atau kurang ajar. Apakah jaman memang sudah berubah sehingga pada abad 21 ini banyak orang tidak malu “angob” dan “ngantuk” di muka umum? Termasuk melihat wajah jelek kita kalau sedang “angob?” Sumonggo.
Penulis: Iwan Muljono
Post a Comment
Mari tinggalkan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan karena Tulisanmu Harimaumu. Komentar Sobat adalah Pendapat Pribadi, tidak mewakili Pendapat Redaksi Website Mentari News (WMN). Komentar yang mewakili redaksi Website Mentari News hanya melalui akun Mentari News. Selamat Berkomentar Sobat.. Salam Indonesia Berkemajuan.
Note: only a member of this blog may post a comment.