mentarinews.co.id -- Jepara (12/12), Sedikitnya enam desa di Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara, yakni Desa
Mantingan, Tegalsambi, Teluk Awur, Semat, Platar dan Mangunan
(Demangan), Kamis (11/12/2014) teredam banjir dengan ketinggian antara
30 cm- 100 cm.
Selain menggenangi ratusan rumah warga, banjir juga “menenggelamkan” sawah, serta jalan dan fasilitas umum lainnya seperti balai desa, sekolah dan pondok pesantren.
Banjir juga terjadi di wilayah perkotaan “Bumi Kartini”, akibat tingginya curah hujan yang turun sepanjang Rabu (10/12/2014) malam hingga Kamis pagi. Kecamatan Kota Jepara yang tergenang, antara lain beberapa jalan protokol seperti Jalan Kartini ( Alun- alun Jepara ), Jalan Diponegoro, Jalan Patimura, Kelurahan Jobokuto dan Kelurahan Ujungbatu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jepara Lulus Suprayetno mengatakan, hujan yang mengguyur wilayah Jepara selama lebih dari 10 jam telah menyebabkan terjadinya bencana banjir. Di Kecamatan Tahunan, derasnya air hujan tak mampu ditampung seluruhnya oleh Sungai Lak yang melintasi sejumlah desa. Akibatnya air melimpah ke pemukiman warga dan berbagai fasilitas umum. Kondisi makin parah setelah beberapa titik tanggul Sungai Lak, jebol. “Jadi air langsung mengalir deras menerjang rumah penduduk dan fasilitas umum. Ratusan hektar tanaman padi di wilayah enam desa di Kecamatan Tahunan tenggelam. Kami berharap, mudah- mudahan cepat surut,” ujarnya.
Pihak BPBD telah menerjunkan sekitar 200 personel untuk membantu evakuasi dan membagikan bantuan logistik makanan siap konsumsi. Ratusan warga terpantau meninggalkan rumahnya dan mengungsi ke rumah saudara dan beberapa tempat yang tidak kebanjiran. Berapa jumlah rumah yang terendam maupun kerugian masih didata.
Sementara, Kepala Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan Agus Santoso mengungkapkan, terdapat sekitar 345 rumah warganya tergenang. Menurutnya. Ketinggian air sempat mencapai satu meter pada Rabu malam. Air masuk rumah, hingga memaksa warganya harus mengungsi. “Ada puluhan warga kami yang mengungsi pada Rabu malam, tetapi sebagian mereka kembali pada Kamis pagi. Mereka yang bekerja sebagai perajin ukir tak bisa beraktivitas,” terangnya. Di Desa Mantingan, sebuah Pondok Pesantren juga terganggu aktivitasnya setelah air setinggi satu meter masuk ke area tersebut. Akibat banjir tersebut, mibilitas warga yang melintas di jalan penghubung antar desa pun terganggu. Puluhan kendaraan banyak yang terjebak banjir hingga mogok di tengah jalan. (kr)
Selain menggenangi ratusan rumah warga, banjir juga “menenggelamkan” sawah, serta jalan dan fasilitas umum lainnya seperti balai desa, sekolah dan pondok pesantren.
Banjir juga terjadi di wilayah perkotaan “Bumi Kartini”, akibat tingginya curah hujan yang turun sepanjang Rabu (10/12/2014) malam hingga Kamis pagi. Kecamatan Kota Jepara yang tergenang, antara lain beberapa jalan protokol seperti Jalan Kartini ( Alun- alun Jepara ), Jalan Diponegoro, Jalan Patimura, Kelurahan Jobokuto dan Kelurahan Ujungbatu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jepara Lulus Suprayetno mengatakan, hujan yang mengguyur wilayah Jepara selama lebih dari 10 jam telah menyebabkan terjadinya bencana banjir. Di Kecamatan Tahunan, derasnya air hujan tak mampu ditampung seluruhnya oleh Sungai Lak yang melintasi sejumlah desa. Akibatnya air melimpah ke pemukiman warga dan berbagai fasilitas umum. Kondisi makin parah setelah beberapa titik tanggul Sungai Lak, jebol. “Jadi air langsung mengalir deras menerjang rumah penduduk dan fasilitas umum. Ratusan hektar tanaman padi di wilayah enam desa di Kecamatan Tahunan tenggelam. Kami berharap, mudah- mudahan cepat surut,” ujarnya.
Pihak BPBD telah menerjunkan sekitar 200 personel untuk membantu evakuasi dan membagikan bantuan logistik makanan siap konsumsi. Ratusan warga terpantau meninggalkan rumahnya dan mengungsi ke rumah saudara dan beberapa tempat yang tidak kebanjiran. Berapa jumlah rumah yang terendam maupun kerugian masih didata.
Sementara, Kepala Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan Agus Santoso mengungkapkan, terdapat sekitar 345 rumah warganya tergenang. Menurutnya. Ketinggian air sempat mencapai satu meter pada Rabu malam. Air masuk rumah, hingga memaksa warganya harus mengungsi. “Ada puluhan warga kami yang mengungsi pada Rabu malam, tetapi sebagian mereka kembali pada Kamis pagi. Mereka yang bekerja sebagai perajin ukir tak bisa beraktivitas,” terangnya. Di Desa Mantingan, sebuah Pondok Pesantren juga terganggu aktivitasnya setelah air setinggi satu meter masuk ke area tersebut. Akibat banjir tersebut, mibilitas warga yang melintas di jalan penghubung antar desa pun terganggu. Puluhan kendaraan banyak yang terjebak banjir hingga mogok di tengah jalan. (kr)

Post a Comment
Mari tinggalkan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan karena Tulisanmu Harimaumu. Komentar Sobat adalah Pendapat Pribadi, tidak mewakili Pendapat Redaksi Website Mentari News (WMN). Komentar yang mewakili redaksi Website Mentari News hanya melalui akun Mentari News. Selamat Berkomentar Sobat.. Salam Indonesia Berkemajuan.
Note: only a member of this blog may post a comment.