WMN 2015 -- Wonosari (11/11), Sebanyak 25 desa di enam kecamatan di Gunungkidul masuk zona merah rawan bencana tanah tanah longsor. Memasuki musim penghujan ini, warga yang tinggal di kawasan rawan bencana diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan.
Desa-desa yang masuk zona merah rawan longsor ini tersebar di Kecamatan Purwosari, Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin dan Ponjong.
Hampir setiap tahun, wilayah-wilayah tersebut selalu menjadi langganan bencana tanah longsor baik skala besar maupun kecil. Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan PenanggulanganBencana Daerah ( BPBD) Gunungkidul, Sutaryono mengatakan kawasan yang masuk zona merah bencana tanah longsor tersebar di sepanjang jalur Pegunungan Batur.
Hampir setiap tahun, wilayah-wilayah tersebut selalu menjadi langganan bencana tanah longsor baik skala besar maupun kecil. Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan PenanggulanganBencana Daerah ( BPBD) Gunungkidul, Sutaryono mengatakan kawasan yang masuk zona merah bencana tanah longsor tersebar di sepanjang jalur Pegunungan Batur.
Topografi wilayahnya yang berbukit-bukit serta batuan yang labil membuat tanahnya mudah bergerak sehingga menyebabkan tanahlongsor. “Dari 144 desa yang ada di Gunungkidul, 25 di antaranya rawanlongsor. Sebagian besar di wilayah utara Gunungkidul,” katanya, Selasa (10/11).
Dia menjelaskan, ancaman bencana tanah longsor ini biasanya meningkat saat memasuki musim penghujan. Turunnya air hujan bisa menyebabkan rekahan yang berujung bencana tanah longsor. Untuk itu, memasuki musim penghujan ini pihaknya meminta kepada warga, terutama yang tinggal di kawasan rawan bencana untuk meningkatkan kewaspadaan.
Selain itu, untuk mencegah timbulnya korban jiwa, BPBD menurut Sutaryono juga sudah membentuk desa tangguh bencana. Hingga saat ini sudah terbentuk 36 desa tangguh bencana bentukan BPBD dan 18 desa siaga bencana.
Warga diberikan sosialisasi dan simulasi penanggulangan kebencanaan sehingga jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam, warga sudah mengetahui apa yang harus dilakukan. "Masyarakat Gunungkidul memang sudah terbiasa dan memiliki kearifan lokal dalam menghadapi bencana, namun tetap dibutuhkan kewaspadaan penuh," jelasnya. (wmn/tri)
Dia menjelaskan, ancaman bencana tanah longsor ini biasanya meningkat saat memasuki musim penghujan. Turunnya air hujan bisa menyebabkan rekahan yang berujung bencana tanah longsor. Untuk itu, memasuki musim penghujan ini pihaknya meminta kepada warga, terutama yang tinggal di kawasan rawan bencana untuk meningkatkan kewaspadaan.
Selain itu, untuk mencegah timbulnya korban jiwa, BPBD menurut Sutaryono juga sudah membentuk desa tangguh bencana. Hingga saat ini sudah terbentuk 36 desa tangguh bencana bentukan BPBD dan 18 desa siaga bencana.
Warga diberikan sosialisasi dan simulasi penanggulangan kebencanaan sehingga jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam, warga sudah mengetahui apa yang harus dilakukan. "Masyarakat Gunungkidul memang sudah terbiasa dan memiliki kearifan lokal dalam menghadapi bencana, namun tetap dibutuhkan kewaspadaan penuh," jelasnya. (wmn/tri)

Post a Comment
Mari tinggalkan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan karena Tulisanmu Harimaumu. Komentar Sobat adalah Pendapat Pribadi, tidak mewakili Pendapat Redaksi Website Mentari News (WMN). Komentar yang mewakili redaksi Website Mentari News hanya melalui akun Mentari News. Selamat Berkomentar Sobat.. Salam Indonesia Berkemajuan.
Note: only a member of this blog may post a comment.