Seperti yang dikatakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Cianjur, Fathurrahman. Secara gamblang, Fathurahman menentang paham yang mengganggu keutuhan masyarakat tersebut. “Kami dengan tegas menolak keberadaan LGBT di Cianjur. Jangan sampai paham menyimpang yang mengatasnamakan HAM itu menjamur di Cianjur,” ungkapnya.
Senada dengan Muhammadiyah Cianjur, Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Cianjur, KH Khoerul Anam. Menurutnya, paham LGBT sudah secara nyata menyalahi fitroh dan kodrat manusia yang sudah diciptakan secara berpasang-pasangan. Bahkan, kata Khoerul Anam, dalam sebuah Hadist diterangkan bahwa terdapat tiga kategori seseeorang yang syahadatnya saja tidak diterima, diantaranya hubungan badan antara laki-laki dengan laki-laki, hubungan badan antara perempuan dengan perempuan, serta pemimpin yang dzalim. “Sesuatu yang diciptakan secara berpasangan itu pasti berbeda. Ada laki-laki dan ada perempuan, ada siang dan ada malam, ada surga dan ada neraka, ada dunia dan ada akhirat. Fitrohnya sudah seperti itu,” terang Khoerul Anam.
Jika para kaum LGBT tersebut mengatasnamakan HAM dan menuntut hak untuk hidup, sambung Khoerul Anam, orang gila pun memiliki memiliki hak untuk hidup. Namun bukan berarti bebas tanpa diikat oleh aturan, norma, etika dan hukum yang berlaku. “Mereka sudah salah mengartikan HAM. Sudah jelas LGBT itu merongrong aqidah dan akhlak seseorang. Di Amerika saja, meski sudah dibebaskan, pihak otoritas Gereja Katholik disana jelas-jelas menolak,” tegasnya. Karenanya, Khoerul Anam berharap agar paham LGBT yang bisa menular dan mewabah itu dapat dihilangkan dengan meingkatkan peranan orang tua, tokoh agama hingga tokoh terdidik untuk memberi penanaman moral guna menangkal kampanye LGBT yang kini kembali didengungkan dimana-mana. “Ini tantangan bagi kita semua. Kita beri pemahaman yang baik bahwa seorang laki-laki itu pasangannya adalah perempuan, begitu juga sebaliknya. Kami secara tegas menolak LGBT. Jangan sampai LGBT ada di Cianjur,” kata Khoerul Anam menegaskan. (wmn/jps)
Jika para kaum LGBT tersebut mengatasnamakan HAM dan menuntut hak untuk hidup, sambung Khoerul Anam, orang gila pun memiliki memiliki hak untuk hidup. Namun bukan berarti bebas tanpa diikat oleh aturan, norma, etika dan hukum yang berlaku. “Mereka sudah salah mengartikan HAM. Sudah jelas LGBT itu merongrong aqidah dan akhlak seseorang. Di Amerika saja, meski sudah dibebaskan, pihak otoritas Gereja Katholik disana jelas-jelas menolak,” tegasnya. Karenanya, Khoerul Anam berharap agar paham LGBT yang bisa menular dan mewabah itu dapat dihilangkan dengan meingkatkan peranan orang tua, tokoh agama hingga tokoh terdidik untuk memberi penanaman moral guna menangkal kampanye LGBT yang kini kembali didengungkan dimana-mana. “Ini tantangan bagi kita semua. Kita beri pemahaman yang baik bahwa seorang laki-laki itu pasangannya adalah perempuan, begitu juga sebaliknya. Kami secara tegas menolak LGBT. Jangan sampai LGBT ada di Cianjur,” kata Khoerul Anam menegaskan. (wmn/jps)

Post a Comment
Mari tinggalkan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan karena Tulisanmu Harimaumu. Komentar Sobat adalah Pendapat Pribadi, tidak mewakili Pendapat Redaksi Website Mentari News (WMN). Komentar yang mewakili redaksi Website Mentari News hanya melalui akun Mentari News. Selamat Berkomentar Sobat.. Salam Indonesia Berkemajuan.
Note: only a member of this blog may post a comment.