0

Web MentariNews.com -- Jakarta (02/04), Kematian terduga teroris Siyono saat ditahan Detasemen Khusus (Densus 88) Antiteror Polri terus dipermasalahkan. Densus 88 dianggap melanggar hak asasi manusia dan menyalahi prosedur penangkapan, sehingga menyebabkan terduga teroris asal Klaten itu tewas. Indonesia Corruption Watch menyebut aparat Densus 88 bertindak bukan seperti pasukan khusus. Kinerja mereka diangap setara seperti polisi yang ada di Polsek-polsek. “Kinerja Densus kampungan sekali dalam penegakan hukum. Mereka dilatih oleh Australia, tapi kualitasnya sama dengan polisi biasa yang menangani kasus curanmor,” kata anggota ICW, Donald Fariz di Gedung Pusat Dakwah Muhamadiyah, Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, Jumat (1/4).

Donald menambahkan, dalam kasus curanmor, banyak sekali para pelaku yang ditangkap lalu dipukuli oleh para penyidik. Tujuannya, selain untuk memberikan efek jera, pemukulan itu juga agar pelaku mau mengakui perbuatannya. Sedangkan, Densus 88 seharusnya bertindak secara hati-hati dan teliti. Sifat kehati-hatian itu penting dalam mencari pelaku dan operasional pergerakan pasukan. “Tak pantas kalau Densus melakukan tindakan yang tidak transparan,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Anton Charliyan mengatakan, terduga teroris bernama Siyono yang ditangkap di Klaten, Jawa Tengah, sempat bergulat dengan polisi di mobil. Pergulatan itu yang menyebabkan Siyono meninggal dunia. Mulanya, Siyono meminta petugas yang mengawal untuk membuka tutup mata dan borgolnya. “Begitu minta dibuka borgol, langsung mukul anggota. Sehingga, dalam mobil terjadi perkelahian,” ujar Anton.

Saat itu, mereka sedang dalam perjalanan ke lokasi bunker di sekitar Prambanan. Dalam mobil hanya ada tiga orang, yaitu supir, satu petugas keamanan, dan Siyono. Anggota polisi yang mengawal melepaskan borgol Siyono karena dianggap kooperatif. Namun, begitu dibuka, Siyono langsung menyerang. Anggota polisi yang mengawal pun melakukan perlawanan sehingga terjadi baku hantam dalam mobil antara keduanya. (wmn/krim)

Post a Comment

Mari tinggalkan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan karena Tulisanmu Harimaumu. Komentar Sobat adalah Pendapat Pribadi, tidak mewakili Pendapat Redaksi Website Mentari News (WMN). Komentar yang mewakili redaksi Website Mentari News hanya melalui akun Mentari News. Selamat Berkomentar Sobat.. Salam Indonesia Berkemajuan.

Note: only a member of this blog may post a comment.

 
Top